SMART Market

Inspiring for Smart Investing

Mengenal Indeks Harga Saham dan Jakarta Islamic Index

oleh  Perdana Wahyu Santosa

Pasar modal mempunyai indikator indeks harga saham yang menjadi pintu gerbang sekaligus barometer utama untuk para investor dalam mengambil keputusan stratejiknya. Perhitungan terhadap indeks harga saham dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Cara yang umum dilakukan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan indeks komposit seluruh saham yang listing di BEI. Perhitungan IHSG dilakukan tanpa pembobotan (weighted) dengan asumsi peran setiap saham dinilai sama pengaruhnya terhadap pergerakan harga pasar. Oleh karena itu semua jenis indeks harga saham lainnya merupakan turunan sekaligus anggota IHSG. Pada umumnya pembentukan indeks saham menggunakan metode Laspeyres.

Indeks lainnya yang sangat berpengaruh adalah LQ-45 karena beranggotakan saham-saham unggulan yang sangat aktif (most active). LQ-45 menjadi acuan banyak perusahaan manajemen investasi terkemuka dalam membentuk portofolio dan basis reksadana (mutual fund) termasuk investor individual. Selain itu, LQ-45 juga paling sering dijadikan acuan pemilihan saham dalam berbagai penelitian keuangan dan investasi. Selanjtnya indeks lainnya adalah Kompas-100 yang diterbitkan para analis harian Kompas. Indeks ini juga sangat andal dengan anggota sekitar 100 saham unggulan dan kerap dijadikan acuan reksadana saham. Dengan anggota saham yang lebih banyak, Kompas 100 lebih elastis mengikuti pergerakan IHSG. Indeks saham terbaru adalah Bisnis-27 yang dirilis harian Bisnis Indonesia pada awal 2009. Indeks Bisnis dengan 27 saham index mover berbagai sektor andalan BEI memberikan pilihan yang lebih spesifik lagi. Kelemahan indeks Bisnis-27 ini pergerakannya rentan karena jumlah anggota saham yang relatif kecil. Namun sejauh ini, berdasarkan pengamatan selama 6 bulan pertama sejak dirilis, indeks bisnis ini cukup andal.

Indeks-indeks tersebut di atas tersebut cukup akurat dan reponsif terhadap pergerakan pasar IHSG. Karakter indeks harga saham seperti ini termasuk ke dalam Indeks sampel karena anggota indeks diambil melalui metode sampling tertentu agar mampu merepresentasikan seluruh harga saham sebagai populasinya. Selain itu, terdapat pula indeks saham yang mencerminkan pergerakan harga-harga saham sesuai dengan sektor masing-masing seperti sektor agriculture, mining, finance dan lain sebagainya. Tentu, indeks sektoral bukan dibentuk melalui teknik sampling tertentu karena saham-saham yang digunakan sesuai dengan emiten pada sektor yang dijadikan indeks. Dengan demikian, ragam jenis indeks saham memungkinkan para analis dan investor untuk melakukan penilaian yang lebih objektif terhadap studi komparasi antar indeks saham.

Jakarta Islamic Index

Di samping itu, terdapat indeks harga saham yang lebih spesifik berdasar ajaran islami yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dengan anggota 30 saham pilihan. Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI pada umumnya terkait dengan kegiatan bisnis  Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional.

Ke enam fatwa-fatwa DSN MUI tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal yang menyatakan bahwa suatu sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI.

Jadi secara khusus, saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan struktur permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Maka saham-saham JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan, dengan kata lain debt-to equity rasionya masih proporsional. Rasio DER yang lebih wajar berpotensi meningkatkan keuntungan emiten dan terhindar dari beban keuangan jangka panjang.

Namun secara prinsip, leveraging merupakan suatu hal yang dianjurkan agar EBIT dan EPS perusahaan terus meningkat. Oleh sebab itu, imbal hasil (return) emiten syariah cukup menjanjikan pada investasi jangka menengah-panjang. Pengelolaannya (manajemen) juga dinilai transparan dan kredibel serta menghormati hak-hak pemegang sahamnya. Saham-saham anggota JII sebagian besar juga anggota indeks lainnya hanya ada sedikit kriteria syariah tersebut. Indeks JII seperti indeks modern lainnya, bersifat dinamis dalam arti secara periodik di update agar senantiasa responsif dengan pergerakan pasar dan sesuai dengan syariah.

Maka sejak keberadaannya 1995, serta melalui berbagai penyempurnaan tahun 2000 dan 2003, saham-saham JII menunjukkan kinerja yang baik dan mampu bersaing dengan saham-saham dari anggota indeks lainnya. Selain itu, saham-saham JII sebagian besar merupakan saham blue chips biasa.

Demikian dan semoga bermanfaat. Salam Investasi

January 18, 2010 Posted by | 1, Beginners, Capital Market Education | , , , , | 3 Comments

MEMAHAMI VALUE INVESTING

By Perdana Wahyu Santosa

Salah satu metode investasi yang populer sekaligus powerful dalam memberikan imbal hasil (return) yang tinggi dalam sejarah investasi dunia adalah Value Investing. Konsep investasi ini digagas Prof. Benjamin Graham. Salah satu value investor kaliber dunia adalah Warren Buffet yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia saat ini. Tentu saja para investor yang ingin menggunakan strategi ini harus memahami teknik evaluasi terhadap nilai-nilai saham sesuai dengan karakter pasar modalnya. Pemahaman terhadap aspek fundamental menjadi kunci keberhasilan value investing ini.

Namun ada baiknya kita memahami dahulu definisi dari value investing tersebut:

Value investing is finding a stock that is selling at a discount to its intrinsic value or companies that the market has undervalued for some reason unrelated to its economic fundamentals.

Dari definisi di atas, kata kuncinya adalah: discount to intrinsic value dan undervalued. Lalu apakah intrinsic value yang dimaksud? Bagaimana menjadi undervalued?. Intrinsic value adalah nilai wajar dan pantas dari saham yang diperdagangkan sedangkan undervalued merupakan kondisi harga yang berada di bawah intrinsic value-nya. Perbedaan antara intrinsic value dan nilai undervalued saham tersebut disebut discount namun dengan catatan nilai undervalued saham tersebut bukan karena masalah fundamental. Masalah utama strategi ini adalah kemampuan analisis kita dalam menentukan intrinsic value pada suatu saham sehingga kita mengetahui undervalued atau overvalued dibandingkan dengan harganya.

Margin of Safety

Merupakan ruang antara intrinsic value dengan nilai undervalued-nya yang menciptakan “safety” setara dengan discount-nya tersebut. Keuntungan yang kita peroleh didapat ketika harga terkoreksi kembali menuju nilai wajarnya yaitu sebesar margin of safety-nya. Hal ini menjadi sangat penting karena kesuksesan investing value terletak pada ketepatan memilih saham pada harga yang tepat pula. Tentunya kemampuan analisis dan riset fundamental dan disiplin menjadi penting. If you could not buy the stock at that price, you would pass.

Rasio Finansial

Beberapa rasio finansial yang penting diperhatikan dalam strtaegi ini adalah:

• price to book ratios

• price to sales ratios

• price to earnings ratios

• price to cash flow ratios

Para value investor di BEI dapat melakukan benchmarking rasio-rasio tersebut dengan indeks yang diyakininya. Secara umum dapat digunakan IHSG, namun untuk tujuan yang lebih akurat dapat membandingkannya dengan LQ-45 atau BI-27 dimana saham yang akan dibeli masuk dalam komposisi indeks tersebut. Bahkan untuk lebih spesifik lagi dapat dibandingkan dengan sektor atau industrinya. Namun, value investing tidak semata-mata mencari saham undervalued yang terlalu murah karena masalah fundamental atau moral hazard manajemennya. Emiten jenis ini hanya akan menciptkan kesulitan dan kerugian bagi strategi value investing.

One of the ways you can make sure the company is on solid footing is to look at its financial ratios and its link of them.

Faktor lain yang sangat penting adalah debt ratio yang relatif rendah dan cash flow yang baik, tentunya. Pereusahaan yang mampu mengelola hutang dan cash flow-nya dengan baik dan wajar akan memberikan market value added yang tinggi di masa depan. Nilai debt ratio yang terlalu tinggi (>200%) akan membuat beban finansial jangka panjang, apalagi menggunakan fasilitas repo dan derivatif secara masif.

Successful value investing depends on identifying a stock that is trading under the intrinsic value of the company and buying with a margin of safety in case you have misjudged the intrinsic value (Little, 2008).

Pada umumnya hanya investor bijak yang dapat mengalahkan pasar. Salam investasi.

April 16, 2009 Posted by | All Stock Market Strategies, Beginners, Value Investing | 1 Comment