SMART Market

Inspiring for Smart Investing

Menilik IPO PT ABM Investama Tbk

Published: 5 Dec 2011 18:19 WIB
IMQ, Jakarta —  IPO ABM mendapat sambutan sangat positif dari para investor, baik ritel maupun institusi besar. Saham perusahaan batubara tersebut dinilai memiliki prospek bisnis yang cerah di masa depan didukung oleh manajemen yang profesional dan etis. Dalam kondisi pasar modal global yang fluktuatif akibat ketidakpastian pemulihan ekonomi global, maka IPO ABM ini dianggap sebagai salah satu peluang investasi jangka panjang yang menjanjikan.ABM melepas 550,6 juta saham atau senilai dengan 20% saham total perusahaan dengan harga perdana Rp3.750 per lembarnya. Maka dalam IPO ini, ABM dapat maraup dana segar dari investor sekurangnya Rp2,1 triliun.

Dalam kondisi pasar yang tidak menentu seperti sekarang ini, raupan dana IPO tersebut merupakan hal yang fantastis. Tentu investor telah melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan strategis terhadap IPO ABM ini.

Harga Murah

Pada harga perdana tersebut, saham ABM divaluasi cukup murah jika dibandingkan dengan PT United Tractors (UNTR), misalnya. Sebagai perbandingan, saat ini price earning ratio ABM sekitar 9 kali, sedangkan UNTR sudah berkisar 15 kali. Artinya, valuasi saham perdana ABM masih jauh di bawah intrinsic value (harga wajar)-nya. Maka tak mengherankan jika salah satu institusi investasi yang berminat, seperti Syailendra Capital melakukan penggalangan dana melalui konsorsium sovereign wealth fund (SWF) dari salah satu negara Asia. Rendahnya valuasi saham ABM akan memicu “abnormal return” pada hari-hari pertama listing di pasar sekunder pada 8 Desember 2011 ini.

Menurut salah satu sumber, Syailendra Capital memesan hingga 65% atau setara dengan 360 juta saham perdana anak perusahaan Trakindo ini. Dana yang diperlukan untuk memborong saham ABM ini mencapai Rp1,35 triliun.

Hingga kini, Syailendra masih membuka peluang bagi pihak-pihak yang berminat bergabung dalam rencana investasi besar ini. Ambisi Syailendra ini tentunya dipicu hasil analisis yang positif terhadap prospek bisnis, kualitas manajemen dan valuasi yang masih murah. Dengan demikian, Syailendra dengan SWF-nya berpotensi menjadi pemegang saham publik mayoritas sekaligus sebagai pengendali harga pasar saham ABM.

Likuiditas Rendah?

Kepemilikan mayoritas saham publik oleh sekelompok kecil investor seperti Syailendra dengan SWF-nya tersebut dapat menyebabkan struktur kepemilikan saham (ownership structure) menjadi tidak terdistribusi dengan berimbang. Maka akan tercipta kepemilikan saham publik ABM yang terkonsentrasi dan tidak proporsional di pasar sekunder.

Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah potensi risiko likuiditas yang tinggi karena volume transaksi ritel saham ABM yang terbatas. Idealnya saham perdana ABM dikuasai ritel hingga minimal 60% agar likuiditasnya lebih terjamin dan proses pembentukan harga (price forming)-nya lebih efisien.

Author: Perdana Wahyu Santosa
 http://www.imq21.com/news/read/45481/20111205/181949/Menilik-IPO-PT-ABM-Investama-Tbk.html

March 2, 2012 Posted by | Uncategorized | Leave a comment

Politik Hambat Penyelesaian Krisis Ekonomi AS dan Eropa

Published: 22 Nov 2011 11:37 WIB
IMQ, Jakarta —  Krisis global 2011 yang dipicu oleh masalah fiskal AS dan Uni Eropa (UE) semakin tidak pasti penyelesaiannya. Proses politik AS dan UE justru menciptakan keraguan investor karena dinilai semakin berisiko bagi pemulihan krisis karena telah terjadi tarik-menarik kepentingan politik yang semakin meruncing.

Kebuntuan politik di dua epicentrum krisis global tersebut membuat pasar finansial baik di AS, Eropa maupun Asia kembali jatuh dalam 3 hari terakhir. Investor tampaknya melakukan pengurangan dana dari aset-aset berisiko (risky assets) dan bersikap wait and see.

Penurunan indeks bursa saat ini dibayangi oleh spekulasi investor terhadap kongres supercommittee AS akan sulit mencapai kesepakatan kebijakan pemotongan anggaran minimal sebesar USD1,2 triliun. Pasar berharap membaiknya indikator ekonomi AS dan pembelian obligasi Italia dan Sanyol oleh Bank Sentral Eropa (ECB) yang membuat yield obligasi kedua negara tersebut turun. Langkah ECB tersebut hanya menurunkan risiko investasi kedua negara tersebut namun bukan solusi substansial.

Situasi tersebut membuat bursa Jepang berada dalam teritori negatif dan indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,3% menjadi 8.348,27 dan Topix turun 0,4%menjadi 717,08. Ini level terendah sejak 12 Maret 2009. Bursa Eropa juga semakin tidak dipercaya lagi oleh investor akibatnya turun sekitar 2%, bahkan Jerman dan Italia jatuh 2,4%. IHSG ikut amblas 74,671 poin (-1,99%). Selain itu, Harga minyak juga terkoreksi kembali ke level USD97,3 perbarrel.

Implikasi politik yang semakin tidak pasti terhadap komitmen pemulihan ekonomi AS dan Eropa memang sudah diprediksi sejak awal Mei 2010. Secara umum, politikus AS dan Eropa selalu menunda pengambilan keputusan sulit yang menyakitkan sejak awal 2010 lalu. Setiap solusi ekonomi hampir pasti terbentur masalah politik. Sekalipun Yunani dan Italia sudah melakukan suksesi kepemimpinannya, tapi bukan berarti masalah politik selesai begitu saja. Kekompakan Uni Eropa dalam mengatasi krisis fiskal yang semakin parah juga kurang menjanjikan. Bahkan Perancis dan Jerman kerap berbeda pendapat soal kebijakan ECB.

Pergerakan bursa global diprediksi akan sideways cenderung down trend yang merupakan refleksi ketidak percayaan investor terhadap solusi politik yang berlarut-larut. Wait and see adalah langkah paling bijak saat ini. Potensi double dip recession di Eropa belum sepenuhnya hilang.

Sekalipun kinerja emiten BEI cukup tinggi, namun saat ini pendorong bursa adalah sentimen AS dan Eropa. Maka penurunan IHSG hingga menyentuh level 3200an beberapa waktu lalu bukanlah yang terburuk karena pemulihan ekonomi global masih sangat rapuh

Author: Perdana Wahyu Santosa
 http://www.imq21.com/news/read/44937/20111122/113705/Politik-Hambat-Penyelesaian-Krisis-Ekonomi-AS-dan-Eropa.html

March 2, 2012 Posted by | Uncategorized | Leave a comment