SMART Market

Inspiring for Smart Investing

Pemulihan Ekonomi Global Masih Rapuh

Perdana Wahyu Santosa

World Bank merilis Global Economic Prospect:  Crisis, Finance and Growth 2010, Jumat 22 Januari  2009. Dalam laporan analisis dan riset tentang situasi  krisis finansial, keuangan dan pertumbuhan ekonomi  global 2010 tersebut dapat disarikan bahwa volume  perdagangan dunia diprediksi meningkat tajam namun  pemulihan ekonomi tetap lambat. Kondisi ekonomi 2010  tersebut dinilai masih rapuh dan diselimuti ketidakpastian sehingga tergolong masih rapuh (fragile). Namun, secara umum pertumbuhan ekonomi global dapat memberikan rasa optimisme terhadap ekspektasi pemilihan yang telah meemukan titik terangnya.

Beberapa hal penting dari laporan analisis tersebut adalah:

  • PDB global yang jatuh hingga 2,2% pada 2009, diekspektasi dapat kembali tumbuh pada tingkat 2,7% pada 2010 dan 3,2% pada 2011.
  • Prospek ekonomi negara-negara berkembang (developing countries) mendapatkan predikat relatively robust recovery, dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan PDB sebesar 5,2% pada tahun ini dan 5,8 pada 2011 atau meningkat sekitar 1,2% dibandingkan 2009
  • Pertumbuhan PDB negara-negara maju (rich countries) yang sebelumnya mengalami penurunan sebesar 3,3% pada 2009 diharapkan mampu meningkat setidaknya sebesar 1,8% dan 2,3% untuk 2010 dan 2011.
  • Volume perdagangan dunia yang mengalami penurunan tajam sebesar 14,4% pada 2009 diproyeksikan dapat kembali meningkat 4,3% pada 2010 dan 6,2% pada 2011.

World Bank juga mengutarakan hasil analisis prospek tersebut berdasarkan skenario dasar dengan mempertimbangkan faktor-faktor ketidakpastian yang relatif tinggi. “Depending on consumer and business confidence in the next few quarters and the timing of fiscal and monetary stimulus withdrawal, growth in 2011 could be as low as 2.5 percent and as high as 3.4 percent.” Further, over the next 5 to 10 years, increased risk aversion, a more prudent regulatory stance, and the need to curb some of the riskier lending practices during the boom period that preceded the crisis can be expected to result in scarcer, more expensive capital for developing countries.

Dalam situasi dan kondisi ekonomi yang relatif masih lemah, pergerakan harga minyak mentah dunia diharapkan stabil pada kisaran rata-rata $76 per barrel serta harga-harga komoditas penting lainnya hanya mengalami kenaikan harga rata-rata sepanjang 2010 dan 2011 sebesar 3% pertahun. Peningkatan harga komoditas yang lebih tinggi diprediksi  menghambat pertumbuhan ekonomi dunia yang baru pulih.

Source: http://www.researchrecap.com

January 22, 2010 Posted by | Economic Trends, Investment Guide | Leave a comment

Mengenal Indeks Harga Saham dan Jakarta Islamic Index

oleh  Perdana Wahyu Santosa

Pasar modal mempunyai indikator indeks harga saham yang menjadi pintu gerbang sekaligus barometer utama untuk para investor dalam mengambil keputusan stratejiknya. Perhitungan terhadap indeks harga saham dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Cara yang umum dilakukan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan indeks komposit seluruh saham yang listing di BEI. Perhitungan IHSG dilakukan tanpa pembobotan (weighted) dengan asumsi peran setiap saham dinilai sama pengaruhnya terhadap pergerakan harga pasar. Oleh karena itu semua jenis indeks harga saham lainnya merupakan turunan sekaligus anggota IHSG. Pada umumnya pembentukan indeks saham menggunakan metode Laspeyres.

Indeks lainnya yang sangat berpengaruh adalah LQ-45 karena beranggotakan saham-saham unggulan yang sangat aktif (most active). LQ-45 menjadi acuan banyak perusahaan manajemen investasi terkemuka dalam membentuk portofolio dan basis reksadana (mutual fund) termasuk investor individual. Selain itu, LQ-45 juga paling sering dijadikan acuan pemilihan saham dalam berbagai penelitian keuangan dan investasi. Selanjtnya indeks lainnya adalah Kompas-100 yang diterbitkan para analis harian Kompas. Indeks ini juga sangat andal dengan anggota sekitar 100 saham unggulan dan kerap dijadikan acuan reksadana saham. Dengan anggota saham yang lebih banyak, Kompas 100 lebih elastis mengikuti pergerakan IHSG. Indeks saham terbaru adalah Bisnis-27 yang dirilis harian Bisnis Indonesia pada awal 2009. Indeks Bisnis dengan 27 saham index mover berbagai sektor andalan BEI memberikan pilihan yang lebih spesifik lagi. Kelemahan indeks Bisnis-27 ini pergerakannya rentan karena jumlah anggota saham yang relatif kecil. Namun sejauh ini, berdasarkan pengamatan selama 6 bulan pertama sejak dirilis, indeks bisnis ini cukup andal.

Indeks-indeks tersebut di atas tersebut cukup akurat dan reponsif terhadap pergerakan pasar IHSG. Karakter indeks harga saham seperti ini termasuk ke dalam Indeks sampel karena anggota indeks diambil melalui metode sampling tertentu agar mampu merepresentasikan seluruh harga saham sebagai populasinya. Selain itu, terdapat pula indeks saham yang mencerminkan pergerakan harga-harga saham sesuai dengan sektor masing-masing seperti sektor agriculture, mining, finance dan lain sebagainya. Tentu, indeks sektoral bukan dibentuk melalui teknik sampling tertentu karena saham-saham yang digunakan sesuai dengan emiten pada sektor yang dijadikan indeks. Dengan demikian, ragam jenis indeks saham memungkinkan para analis dan investor untuk melakukan penilaian yang lebih objektif terhadap studi komparasi antar indeks saham.

Jakarta Islamic Index

Di samping itu, terdapat indeks harga saham yang lebih spesifik berdasar ajaran islami yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dengan anggota 30 saham pilihan. Ke -30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Intinya saham-saham yang masuk ke dalam JII-30 harus memenuhi unsur yang sama dengan indeks lainnya kecuali unsur haram dalam pandangan MUI. Unsur haram yang disyaratkan DSN MUI pada umumnya terkait dengan kegiatan bisnis  Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi konvensional.

Ke enam fatwa-fatwa DSN MUI tahun 2004 tersebut mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal yang menyatakan bahwa suatu sekuritas/efek di pasar modal dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI.

Jadi secara khusus, saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi dan struktur permodalan perusahaan bukan mayoritas dari hutang. Maka saham-saham JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan, dengan kata lain debt-to equity rasionya masih proporsional. Rasio DER yang lebih wajar berpotensi meningkatkan keuntungan emiten dan terhindar dari beban keuangan jangka panjang.

Namun secara prinsip, leveraging merupakan suatu hal yang dianjurkan agar EBIT dan EPS perusahaan terus meningkat. Oleh sebab itu, imbal hasil (return) emiten syariah cukup menjanjikan pada investasi jangka menengah-panjang. Pengelolaannya (manajemen) juga dinilai transparan dan kredibel serta menghormati hak-hak pemegang sahamnya. Saham-saham anggota JII sebagian besar juga anggota indeks lainnya hanya ada sedikit kriteria syariah tersebut. Indeks JII seperti indeks modern lainnya, bersifat dinamis dalam arti secara periodik di update agar senantiasa responsif dengan pergerakan pasar dan sesuai dengan syariah.

Maka sejak keberadaannya 1995, serta melalui berbagai penyempurnaan tahun 2000 dan 2003, saham-saham JII menunjukkan kinerja yang baik dan mampu bersaing dengan saham-saham dari anggota indeks lainnya. Selain itu, saham-saham JII sebagian besar merupakan saham blue chips biasa.

Demikian dan semoga bermanfaat. Salam Investasi

January 18, 2010 Posted by | 1, Beginners, Capital Market Education | , , , , | 3 Comments

Review dan Prospek Pasar Modal 2010

Perdana Wahyu Santosa


Review 2009: Flying High Again

Awal tahun 2009 lalu pasar modal BEI didera    penurunan luar biasa tajam akibat kecemasan  mendalam akan kehancuran ekonomi global yang  berawal dari krisis subprime mortgage di AS dan sebagian Eropa. Krisis instrumen derivatif berlandaskan aset KPR berkualitas rendah tersebut menjalar begitu cepat sekaligus sangat dahsyat. Hampir semua pasar modal baik emerging market ataupun pasar yang sudah efisien mengalami kejatuhan luar biasa. Tingkat kejatuhan pasar modal global mencapai kisaran 60-80%. Krisis tersebut menghapus sebagian besar kekayaan para investor kakap yang telah berinvestasi selama satu dekade. Dari rakyat biasa hingga para analis keuangan, ekonom sampai dengan petinggi negara membicarakan krisis ekonomi disertai bumbu politik, anti-kapitalisme, neo-liberalisme, dan berbagai penyedap lainnya sesuai dengan motif masing-masing kelompok. Perekonomian dan pasar finansial berada pada kondisi yang rentan dan penuh ketidak-pastian tanpa gairah pada saat itu, plus kerawanan isu sosial politi jelang pemilu pada paruh pertama 2009.

Namun orang bijak menatap dengan cara lain, katanya setiap krisis akan menciptakan berbagai peluang bisnis dan investasi. Ketika pasar modal BEI terjungkal hebat hingga level 1.100 an per Januari 2009, dunia seolah terbalik dimana investor kaya menjadi “miskin” dan terbuka peluang besar bagi para investor baru “newbie” untuk menjadi kaya. Investor baru dapat masuk pada saat harga-harga saham terdiskon sangat rendah akibat krisis ekonomi dan panic selling yang berlebihan. Ini jelas peluang langka. Untuk mendapatkan peluang investasi sebaik ini mungkin harus menunggu selama kurun 10 tahun lagi. Situasi saat itu dapat disebut maximum investment opportunity. Namun, peluang berharga tersebut kurang dimanfaatkan akibat rasa takut dan dampak psikologis yang dalam akibat kejatuhan pasar finansial dunia.

Hal tersebut dapat dimaklumi, Lehman Brothers, AIG, Citigroup, JP Morgan dan sederet manajer investasi kelas dunia saja terkapar tak berdaya dihantam badai subprime mortgage tersebut. Namun kita harus memahami, bahwa fenomena tersebut hanyalah sebuah siklus yang terus berputar dari masa ke masa. Setelah mengalami krisis, kembali pasar finansial mengalami booming, kemudian kembali didera krisis dan seterusnya.

Pertumbuhan indeks pasar BEI yang cukup baik dimulai 2006,hingga 2007 dan paruh pertama 2008. Setelah naik 55,3% pada tahun 2006, dan naik lagi 52,1% pada tahun 2007, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 50,7% selama tahun 2008. Memasuki kuartal III 2008, pasar finansial global mulai limbung dan hancur pada kuartal terakhir 2008. Sampai paruh pertama 2008, BEI mencetak rekor dalam sejarah hingga level 2830. Kejatuhan BEI disebabkan karena keluarnya hot money besar-besaran terutama pada kuartal terkahir 2008 akibat kecemasan dampak krisis global.  Selanjutnya pada paruh pertama 2009 indikator ekonomi makro Indonesia yang cukup kuat dari terpaan krisis global dengan PDB sekitar 4,3% tersebut membuat pasar kembali memasuki wilayah optimis sekalipun senantiasa dibayangi berbagai kecemasan akan pemulihan ekonomi global yang belum jelas.

Akhirnya jelang kuartal kedua 2009, IHSG kembali menujukkan kekuataannya dan berhasil up trend luar biasa hingga 50,1% pada akhir semster 2 tahun 2009. Serta merta peguatan IHSG diikuti oleh menguatnya nilai tukar IDR terhadap USD menjadi sekitar Rp. 10.200/USD pada akhir Juni 2009 setelah sempat terpuruk hingga Rp. 12.000/USD pada Desember 2008. Pemulihan tersebut juga didorong oleh penurunan tingkat suku bunga BI (BI rate) dari 9,5% hingga 6,5% saja secara periodik. Penguatan IHSG terus berlanjut pada kuartal 3, bahkan berhasil menembus level psikologis 2000 dengan mulus disertai penguatan IDR/USD pada kisaran Rp. 9500-10.000/USD.

Memasuki kuartal terkhir 2009, para investor semakin percaya diri bahkan cenderung over confidence terhadap prospek investasinya. Hal tersebut, membuat IHSG kembali terbang tinggi menembus level wajarnya di 2250. Bahkan pada November dan Desember 2009, IHSG berkali-kali menembus level keramat 2500. Namun, para investor nampaknya belum berani melangkah terlalu jauh sehingga pada kuartal terkhir 2009 IHSG berfluktuasi pada kisaran 2400-2500 an. Bayangkan, pada 31 Desember 2009, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah bertengger di atas evel 2.500 atau tumbuh sekitar 85,86%. Ini berarti IHSG sudah kembali normal hanya dalam satu tahun saja. Namun hal yang mencemaskan adalah kenaikan harga crude oil dunia yang mencapai level USD 78,76/barrel. Kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut lebih disebabkan aktivitas spekulasi dari pada proses supply-demand.

Prospek 2010: Flying Over High atau Profit Taking?

Apakah suasana keceriaan di BEI pada akhir 2009 ini akan berlanjut pada 2010 nanti? Apakah IHSG akan terus terbang lebih tinggi lagi di 2010? Tentu saja itu harapan kita semua. Ada baiknya jika kita mengacu kepada prospek indikator ekonomi makro Indonesia dan global pada umumnya. Sekalipun, secara psikologis, IHSG akan terus mencoba menembus level tertingginya di 2830 pada awal kuartal pertama 2010 nanti. Tendensi “pemecahan rekor tertinggi” ini tampaknya cukup kuat dan beralasan.

Jika kita mengacu pada prospek perekonomian nasional di 2010, yaitu angka pertumbuhan ekonomi 2010 oleh beberapa ekonom dan lembaga riset terpandang dipatok sekitar 5-6%. Bahkan ada yang memprediksi di atas 6%. Hal ini tentunya merupakan alasan kuat bagi para investor untuk kembali menanamkan dananya di BEI selama 2010. Secara umum, jika perekonomian dapat tumbuh 1%, maka dibutuhkan dana investasi sekitar 4,5% dari APBN. Maka untuk tumbuh sekitar 5,5% dapat dihitung secara kasar jumlah dana investasi yang diperlukan untuk mencapainya. Tentu saja pemerintah harus berupaya maksimal dan fokus untuk menciptakan situasi kondusif bagi para investor asing dan swasta nasional agar dana investasinya dapat bertahan lebih lama di Indonesia. Sedangkan untuk menarik dana besar dari investor asing, tentunya peranan pasar modal sangat penting.

Di samping itu, masuknya dana asing akan membuat rupiah semakin kuat dan stabil dalam mendukung pertumbuhan ekonomi 2010. Jumlah modal yang dibutuhkan para emiten juga semakin besar untuk dapat menangkap peluang bisnis di 2010 tersebut sehingga pasar modal akan diwarnai berbagai aksi korporasi untuk menjaring dana segar dari masyarakat. Di samping itu, jumlah emiten baru yang prospektif ditargetkan otoritas BEI sekitar 25 emiten. Ini berarti dalam setiap bulan akan ada initial public offering (IPO) sebanyak 2 emiten. Situasi tersebut merupakan peluang tambahan yang dapat dimanfaatkan para investor di 2010.

Indikator ekonomi makro seperti inflasi dinilai akan stabil pada kisaran 6,5-7% sedangkan BI rate akan dipatok untuk menjaga situasi ekonomi yang kondusif pada kisaran 7-7,5%. Kedua indikator penting tersebut memberikan harapan yang sangat bagus bagi investor dan pelaku ekonomi riil. Nilai tukar IDR/USD diestimasi berada pada level Rp. 9200-9600/USD.

Beberapa lembaga keuangan dunia juga memberikan target IHSG yang menjanjikan. Pada umumnya mereka mentargetkan IHSG di atas 3000 an dengan berbagai asumsi dan metode analisisnya. Melihat situasi tersebut, tampaknya IHSG akan flying over high dan memberikan imbal hasil yang baik bagi pelaku pasar.

How high can you go, IHSG?

Adalah pertanyaan mendasar di 2010, betapa tidak, jika IHSG terlalu tinggi (overvalued) maka konsekuensinya akan rawan anjlok sesaat akibat aksi ambil untung (profit taking) dan mengakibatkan capital outflow dana panas yang dimiliki asing. Hal tersebut wajar terjadi karena kenaikan IHSG selama 2009 sudah melebihi 85% ditambah potensi kenaikan selama 2010. Sikap overconfidence dari para investor diprediksi akan mewarnai transaksi saham di BEI terutama pada saham blue chips. Namun secara umum, indikator price earning ratio (PER) IHSG masih berada pada tahap aman.

PER IHSG masih tergolong murah dibandingkan dengan PER beberapa negara seperti China dan India. Apabila dibandingkan dengan PER rerata historis IHSG, yaitu sekitar 35x sehingga  tingkat IHSG saat ini masih undervalued. Temuan ini juga merupakan peluang investasi yang cukup baik di 2010. Bersikaplah cerdas dan bijak di tahun macan yang penuh keberanian ini namun takutlah saat mayoritas investor menjadi tamak.

Salam SMART Market…

January 17, 2010 Posted by | Economic Trends, Investment Guide, Investment Tips, Market Outlook & Trends | , , | Leave a comment